BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah salah satu
aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama telah ada
sejak masa Adam dan Hawa. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan
untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia
berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul
dengan kemapuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk
bahasa verbal.
Kapan
manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data
autentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa
kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah
peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Everett M. Rogers menilai peristiwa
ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu
mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Usaha-usaha
untuk manusia berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai bentuk
kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat pemukiman di daerah
aliran sungai dan tepi pantai, diplih untuk memudahkan mereka dapat
berkomunikasi dengan dunia luar menggunakan perahu, rakit, dan sampan. Pemukul
gong di Romawi dan pembakar api yang mengepulkan asap di Cina adalah
simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.
Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan lebih
banyak gerak-gerik, sikap tubuh dan mimik, tetapi perumusan pesan itu sendiri
lebih dimungkinkan oleh adanya bahasa dan lambang-lambang yang dapat dipahami
bersama.
Kemampuan untuk menggambar atau
menuliskan lambang-lambang yang memiliki arti adalah sutau keunikan dari
spesies manusia, dan ini menjadi salah satu perbedaan paling signifikan antara
manusia dengan mahluk yang lain di bumi ini. Manusia sudah mulai menggambar dan
melukis lambang-lambang di batu sejak tahun 35.000 SM, dan ilustrasi-ilustrasi
serupa ini menjadi sebuah bagian penting dalam kehidupan manusia selama
berabad-abad.
Perkembangan komunikasi
antarmanusia tidak terlepas dari pengaruh naluri kemanusiaan itu sendiri. untuk
bertahan hidup manusia membutuhkan manusia yang lainnya untuk saling membantu.
Sementara pada tahapan saling memberikan bantuan inilah proses komunikasi akan
sangat dibutuhkan.
Telekomunikasi berasal dari gabungan dua kata,
yakni “tele” yang berarti far off atau jauh dan “communicate”
yang berarti to share atau komunikasi. Jadi, telekomunikasi bisa
diartikan sebagai “komunikasi jarak jauh”. Berdasarkan the Annex of the
Constitution of the International Telecommunication Union (ITU), “Telecommunication
means any transmission, emission or reception of signs, signals, writing,
images and sounds or intelligence of any nature by wire, radio, optical or
other electromagnetic systems”. Sinyal adalah segala sesuatu yang dapat
dilihat (visual), didengar (audible) ataupun elektrik.
Sinyal tersebut dapat dihasilkan dari berbagai
media, seperti api yang menyala, asap, bendera, lampu, drum, senapan, telegraph,
telepon, radio, dan sebagainya. Dalam berbagai literatur sejarah disebutkan
bahwa telekomunikasi sudah dilakukan manusia sejak ribuan tahun yang lalu
menggunakan media yang sangat sederhana, seperti drum, api, air, maupun asap.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan perkembangan telekomunikasi.
1.1 Definisi telekomunikasi
Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau
penyampaian infomasi, dari suatu tempat ke tempat
lain. Dalam kaitannya dengan 'telekomunikasi' bentuk komunikasi
jarak jauh dapat dibedakan atas tiga macam:
a. Komunikasi Satu Arah (Simplex).
Dalam komunikasi satu arah (Simplex) pengirim dan penerima informasi
tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama.
Contoh :Pager, televisi,
dan radio.
b. Komunikasi Dua Arah (Duplex).
Dalam komunikasi dua arah (Duplex) pengirim dan penerima informasi dapat
menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon
dan VOIP.
c. Komunikasi Semi Dua Arah
(Half Duplex). Dalam komunikasi semi dua arah (Half Duplex)pengirim
dan penerima informsi berkomunikasi secara bergantian namun tetap
berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX, dan Chat Room
Untuk bisa melakukan telekomunikasi, ada beberapa komponen untuk
mendukungnya yaitu :
- Informasi : merupakan data yang dikirim/diterima
seperti suara, gambar, file, tulisan
- Pengirim : mengubah informasi menjadi sinyal listrik
yang siap dikirim
- Media transmisi : alat yang berfungsi
mengirimkan dari pengirim kepada penerima. Karena dalam jarak jauh, maka
sinyal pengirim diubah lagi / dimodulasi agar dapat terkirim jarak jauh.
- Penerima : menerima sinyal listrik dan mengubah kedalam
informasi yang bisa dipahami oleh manusia sesuai yang dikirimkan.
dalam mengubah informasi menjadi sinyal listrik
yang siap dikirim, ada dua model yang dipakai. Pertama adalah mengubah
informasi ke sinyal analog dimana sinyal berbentuk gelombang listrik yang
kontinue (terus menerus) kemudian dikirim oleh media transmisi. Kedua adalah
sinyal digital, dimana setelah informasi diubah menjadi sinyal analog kemudian
diubah lagi menjadi sinyal yang terputus-putus (discrete). Sinyal yang
terputus-putus dikodekan dalam sinyal digital yaitu sinyal "0" dan
"1". Dalam pengiriman sinyal melalui media transmisi, sinyal analog
akan terkena gangguan, sehingga di sisi penerima sinyal tersebut terdegradasi.
Sementara untuk sinyal digital, selama gangguan tidak melebih batasan yang
diterima, sinyal masih diterima dalam kualitas yang sama dengan pengiriman.
1.2 Sejarah Telekomunikasi
1.2.1 Telekomunikasi Pada Masa Permulaan
Pada masa ini, telekomonikasi dilakukan menggunakan media yang sangat
sederhana. Drum digunakan oleh masyarakat asli Afrika, New Guinea dan Amerika
Selatan. Di Cina, masyarakat menggunakan "Tamtam", suatu lempengan
logam besar berbentuk bundar yang digantungkan secara bebas sehingga bila
dipukul akan menimbulkan bunyi keras yang dapat terdengar sampai jarak yang
jauh.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi, kerajaan Yunani
kuno dan Romawi menggunakan api untuk berkomunikasi dari gunung ke gunung atau
menara ke menara. Telekomunikasi dilakukan oleh prajurit khusus dengan saling
memahami kode berupa jumlah nyala api. Telekomunikasi ini digunakan saat perang
dan hanya efektif pada malam hari.
Pada abad ke-2 sesudah Masehi bangsa Romawi
menggunakan asap sebagai media telekomunikasi. Mereka membangun jaringan
telekomunikasi yang terdiri dari ratusan menara hingga mencapai 4500 kilometer.
Setiap menara bisa mengeluarkan asap yang dapat dilihat oleh menara lain yang
berada di dekatnya. Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan militer dalam menjalankan pemerintahan atas daerah jajahan yang
semakin luas.
Pada abad ke-4 sesudah Masehi, Aeneas the
Tactician mengusulkan sistem telekomunikasi menggunakan air yang disebut hydro-optical
telegraph. Sistem telekomunikasi ini memanfaatkan ketinggian air sebagai
kode-kode dalam berkomunikasi. Sistem ini bisa mengirimkan pesan dengan sangat
cepat dari satu tempat ke tempat lain.
Pada masa Revolusi Perancis, Claude Chappe menemukan alat
telekomunikasi yang disebut mechanical-optical telegraph atau sering
disebut semaphore. Alat tersebut berupa suatu batang yang dapat
digerakkan menggunakan tali sehingga bisa membentuk berbagai simbol/huruf yang
jumlahnya mencapai 196 (huruf besar, kecil, tanda baca dan angka). Alat
tersebut dipasang di atas atap gedung sehingga bisa terlihat dari jarak jauh.
Jaringan telegraph menggunakan alat tersebut dioperasikan pada tahun 1794
ketika tentara sukarela mempertahankan Perancis dari serangan Austria dan
penjajah lainnya. Jaringan tersebut terdiri dari 22 stasiun dengan jangkauan
240 kilometer. Pengiriman pesan sejauh itu hanya membutuhkan waktu 2 sampai 6
menit.
a. Telekomunikasi Elektrik
Telegraph elektrik komersial pertama dibangun di
Inggris oleh Sir Charles Wheatstone dan Sir William Fothergill Cooke. Jaringan
telegraph elektrik ini beroperasi dengan jangkauan 21 kilometer di the Great
Western Railway pada 9 April 1839. Samuel Morse, bersama Alfred Vail
berhasil membangun suatu telegraph yang bisa merekam pesan ke dalam gulungan
kertas. Sistem ini menjangkau 64 kilometer antara Washington, DC dan Baltimore
pada 24 Mei 1844. Jaringan telegraph di Amerika berkembang hingga 32.000
kilometer pada tahun 1851. Selanjutnya, jaringan kabel telegraph yang melewati
lautan Atlantic (antara Amerika dan Eropa) selesai dibangun pada 27 Juli 1866 .
Sepuluh tahun kemudian (1876), telepon konvensional ditemukan oleh pemuda
berusia 29 tahun bernama Alexander Graham Bell dan asistennya, Thomas Watson
(22 tahun). Pada masa itu, telepon merupakan penemuan sangat penting karena
bisa mengirimkan pesan suara melalui jaringan kabel. Hal ini membuat
telekomunikasi semakin alami, sangat cepat dan bisa dilakukan siapa saja. Suara
Graham Bell yang mengucapkan kalimat "Mr. Watson, come here, I want you!"
adalah suara pertama yang berhasil dikirimkan melalui kabel pada tanggal 10
Maret 1876.
Telepon komersial mulai dijalankan pada tahun
1878 di New Haven, Connecticut. Enam tahun kemudian, jaringan telepon sudah
menjangkau Boston, Massachusetts dan New York City_ Pembangunan jaringan kabel
telepon membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu, para
ilmuwan berusaha menemukan sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless
telecommunication). Usaha ke arah ini sebenarnya telah dimulai sejak tahun
1832 ketika James Lindsay mendemonstrasikan wireless telegraphy di
hadapan para mahasiswanya. Pada tahun 1854, dia berhasil mengirimkan pesan,
dari Dundee ke Woodhaven yang berjarak sekitar 3 kilometer, menggunakan air
sebagai media transmisinya. Pada tahun 1893, Nikola Tesla menggambarkan dan
mendemonstrasikan secara detail mengenai prinsip-prinsip wireless telegraphy.
Dia menggunakan peralatan yang berhubungan dengan sistem radio. Sebelum tahun
1900, Reginald Fessenden berhasil mengirimkan pesan yang berupa suara manusia
tanpa melalui kabel (wireless). Pada bulan Desember 1901, Guglielmo
Marconi berhasil membangun wireless communication antara Inggris dan
Amerika yang membuat dia mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada tanggal
25 maret 1925 di London, John Logie Baird (Skotlandia) berhasil mengirimkan
pesan berupa gambar siluet bergerak. Pada bulan Oktober 1925, Baird berhasil
mengirimkan gambar bergerak yang sebenarnya atau televisi menggunakan Nipkow
disk sehingga dikenal sebagai televisi mekanik. Selanjutnya, Baird berhasil
membangun televisi berwarna menggunakan cathode-ray tubes.
b. Telekomunikasi Berbasis Komputer
Sejak ditemukannya komputer elektronik pada
dekade 1930-an, perkembangan telekomunikasi menjadi sangat cepat. Berbagai
usaha dilakukan untuk mengirimkan data dari satu komputer ke komputer lainnya.
Pada tanggal 11 September 1940, George Stibitz berhasil mengirimkan
masalah-masalah komputasi menggunakan teletype ke Complex Number
Calculator di New York dan menerima hasil komputasinya di Dartmouth
College, New Hampshire. Konfigurasi komputer terpusat ini tetap populer sampai
era 1950-an . Pada dekade 1960-an, para peneliti mulai melakukan penelitian
tentang packet switching yang memungkinkan data-data dikirim ke
komputer-komputer lain tanpa melalui mainframe yang terpusat. Pada
tanggal 5 Desember 1969, para peneliti berhasil membuat suatu jaringan 4-node
antara the University of California (Los Angeles), the Stanford Research Institute,
the University of Utah dan the University of California (Santa Barbara).
Jaringan komputer ini selanjutnya menjadi ARPANET, yang pada tahun 1981 sudah
berisi 213 node. Pada bulan Juni 1973, suatu node dari luar Amerika ditambahkan
ke dalam jaringan komputer tersebut. Selanjutnya ARPANET bergabung dengan
jaringan jaringan komputer lainnya sehingga membentuk Internet. Pada bulan
Agustus 1982, protokol electronic mail (e-mail) yang dikenal dengan SMTP
mulai diperkenalkan. Pada bulan Mei 1996, HTTP/1.0 atau protokol yang
memungkinkan hyperlinked Internet berhasil diimplementasikan. Kedua
protokol inilah yang membuat telekomunikasi berbasis komputer menjadi sangat
populer.
1.2.2 Telekomunikasi Saat Ini
Kehadiran internet membawa perubahan yang sangat
besar bagi dunia telekomunikasi. Saat ini, jutaan komputer sudah terhubung ke
jaringan internet dan menyediakan sangat banyak informasi yang bisa diakses
kapan saja dan dimana saja di seluruh dunia. Berbagai aplikasi berbasis
internet sudah banyak digunakan, seperti e-commerce, e-learning, video
conference, e-government, dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya
sumber informasi di internet, maka muncullah beragam mesin pencari (search
engine) yang sangat memudahkan pengguna internet dalam menemukan informasi
yang dibutuhkan. Yahoo dan Google adalah dua contoh search engine yang
sangat populer saat ini. Satu aplikasi penting lainya adalah Wikipedia, yakni
ensiklopedia bebas yang menyediakan informasi tentang suatu istilah tertentu
secara sangat lengkap dengan segala referensi yang digunakan. Aplikasi internet
lainnya yang sangat penting adalah mailing-list yang merupakan kelompok
diskusi menggunakan e-mail. Saat ini, ribuan mailing-list dari beragam
komunitas sudah memenuhi jaringan internet. Dari sisi software,
keberadaan internet telah membuat manusia bisa berkomunikasi dengan sangat
mudah.
Bagaimana dengan kondisi hardware?
Perkembangan hardware tidak bisa lepas dari software. Keduanya
saling mendukung. Perancangan hardware menjadi sangat mudah dan cepat
dengan adanya software yang powerful. Sebaliknya, software yang
kuat, cepat dan biasanya berukuran besar hanya bisa dibangun dan berjalan
dengan baik jika hardware komputer (processor, memory, harddisk,
dsb.) menyediakan kebutuhan yang diperlukan. Saat ini, hardware telekomunikasi
sudah sangat maju. Jaringan telekomunikasi, baik yang berbasis kabel maupun wireless,
sudah memiliki kecepatan sangat tinggi hingga Megabyte per detik. Di
negara-negara maju, pengaksesan data dari benua lain memiliki kecepatan yang
hampir sama dengan pengaksesan data dari harddisk. Dengan demikian,
data-data multimedia (teks, suara, gambar dan video) sudah bisa dikirimkan
melalui internet.
Sebagian negara sudah menggunakan teknologi Voice
over Internet Protocol (VoIP) yang memungkinkan komunikasi suara melalui
jaringan internet. Hal ini membuat biaya telekomunikasi menjadi semakin murah.
Komputer yang berukuran sangat kecil dan terintegrasi dengan handphone sudah
umum digunakan. Terjadi konvergensi antara telekomunikasi berbasis suara dengan
data-data lainnya: teks, gambar, dan video. Teknologi Bluetooth memungkinkan
sebuah handphone bisa berkomunikasi tanpa kabel dalam jarak dekat dengan
beberapa perangkat lainnya seperti komputer, printer, scanner,
dan sebagainya. Handphone berbasis jaringan 3G (generasi ke-3) sudah
bisa digunakan untuk pengiriman data multimedia.
1.2.3 Telekomunikasi Masa Depan
Para ahli, secara personal maupun institusi,
mencoba menggambarkan kondisi telekomunikasi masa depan dengan beragam sudut
pandang, pendekatan dan istilah. Ray Kurzweil adalah salah satu ahli yang
mencoba memberikan gambaran telekomunikasi masa depan. Dalam bukunya yang
berjudul “The age of Spiritual Machines: When Computers Exceed Human
Intelligence”, Kurzweil memprediksi bahwa pada tahun 2009 sebuah PC seharga
US$ 1000 akan dapat melakukan sekitar satu triliun kalkulasi per detik.
Komputer akan menjadi sangat kecil, menempel pada pakaian dan perhiasan.
Sebagian besar transaksi bisnis rutin berada di antara manusia dan personalitas
virtual. Telepon dengan terjemahannya (translating telephone),
pemanggil dan yang dipanggil bisa menggunakan dua bahasa berbeda, akan
digunakan secara luas di masyarakat. Pada tahun 2019, sebuah PC seharga US$
1000 akan setara dengan kemampuan komputasional otak manusia. Komputer semakin
mudah dioperasikan, tidak terlihat dan menempel dimana saja. Virtual reality
sudah dalam tiga dimensi. Sebagian besar interaksi dengan computer sudah
melalui isyarat tubuh (gesture) dan komunikasi ucapan bahasa alami dua
arah.
Lingkungan realistis yang mencakup segala hal
(audio, visual, dan fisik) membuat manusia mampu melakukan sesuatu secara virtual
dengan manusia lain, meskipun ada batasan secara fisik. Manusia mulai memiliki
hubungan dengan personalitas otomatis, seperti teman dan guru. Gambar di bawah
ini mengilustrasikan bagaimana komputer sudah menempel di pakaian dan bisa
berkomunikasi dengan manusia secara real time. Komputer yang sangat
kecil bisa ditempelkan di dasi dan tidak terlihat. Jika dasi tersebut kurang
rapat maka komputer akan menginformasikan ”I am tied too loosely. Please
tighten”. Ketika dompet hilang, komputer yang menempel di jaket akan
menginformasikan ”Wallet gone! Wallet gone!”.
Sebagian prediksi pada tahun 2009 sudah mulai
terwujud. Perangkat komputer yang semakin kecil dalam genggaman, seperti PDA
(Personal Digital Assistant) dan smartphone, sudah banyak
digunakan secara komersil dengan harga terjangkau. VerbMobil dan MATRIX
adalah dua contoh lain yang berusaha mewujudkan prediksi tahun 2009 tentang
telepon dengan terjemahannya (translating telephone).
a. Speech technology
Pada masa permulaan, telekomunikasi dilakukan
menggunakan media dan teknologi yang
sangat sederhana. Telekomunikasi saat itu sangatlah sulit sehingga
hanya bisa dilakukan oleh kalangan tertentu (kebanyakan militer), membutuhkan
waktu yang lama, biaya sangat mahal, jangkauan yang relatif pendek (belum bisa
antar daratan yang terpisah lautan) dan tidak alami (karena hanya mengandalkan
pandangan mata manusia). Pada masa telekomunikasi elektrik, media dan teknologi
semakin modern. Telekomunikasi menjadi sangat mudah (bisa dilakukan siapa
saja), cepat (real time), lebih murah, jangkauan yang sangat luas
sehingga bisa dilakukan antar daratan yang terpisah lautan. Pada masa
telekomunikasi berbasis komputer, teknologi yang digunakan semakin canggih
sehingga jauh lebih mudah, cepat, dan menjangkau seluruh pelosok dunia.
Telekomunikasi sudah bisa menghilangkan batasan lokasi sehigga dunia terasa
semakin sempit. Seorang yang tinggal di Finlandia bisa berkomunikasi dengan
orang lain yang hidup di Jepang. Tetapi, masih ada dua tantangan besar yang
harus dihadapi, yakni bahasa dan biaya.
Terdapat sekitar 6500 bahasa yang digunakan
manusia di seluruh dunia. Apalah artinya teknologi telekomuniasi modern yang
menjangkau seluruh dunia jika tidak semua orang mampu menguasai bahasa yang
sama (meskipun bahasa Inggris sudah dianggap bahasa internasional). Bagi
masyarakat di negara sedang berkembang, biaya komunikasi antar negara masih
terasa mahal. Oleh karena itu, para ahli terus berusaha mengembangkan teknologi
telekomunikasi yang bisa menjawab kedua tantangan tersebut. Sudah sejak lama
para pakar mengembangkan speech technology untuk keperluan tersebut. Speech
technology meliputi automatic speech recognition atau speech to
text (mengenali apa yang diucapkan manusia atau mengubah suara menjadi
teks), speaker recognition (mengenali siapa yang berbicara), speech
synthesis atau text to speech (mengubah teks menjadi suara), dan
bagaimana cara pengucapannya (mengenali intonasi dan emosi pembicara). Hingga
saat ini sudah banyak teori, software maupun hardware berbasis speech
technology yang dihasilkan oleh para ahli secara personal maupun melalui
lembaga riset. Satu hasil yang sangat penting adalah Speech to Speech
Machine Translation (S2SMT) yang merupakan istilah umum yang digunakan
untuk sistem translating telephone. Ide dasar S2SMT adalah mengenali
suara manusia (apa yang diucapkan) menggunakan automatic speech recognition (ASR)
sehingga suara manusia bisa diubah menjadi teks, menerjemahkan teks yang
dihasilkan ke dalam bahasa lain yang diinginkan menggunakan Machine
Translation, dan mengubah teks hasil terjemahan tersebut menjadi suara
menggunakan text to speech. Gambar berikut ini adalah ilustrasi dari
S2SMT.
Riset dan pembangunan S2SMT membutuhkan waktu
lama dan biaya sangat besar. Suatu institusi riset seperti Advanced
Telecommunication Research (ATR) yang berlokasi di Kyoto Jepang membutuhkan
waktu lebih dari 20 tahun dan biaya milyaran dolar Amerika untuk melakukan
riset dan membangun S2SMT yang diberi nama MATRIX. Saat ini MATRIX sudah bisa
mengakomodasi 30.000 kata untuk penerjemahan bahasa Inggris-Jepang. Contoh
lainnya adalah Verbmobil yang dibangun di Jerman. Verbmobil mampu menerjemahkan
bahasa Inggris-Jerman dengan akurasi yang baik meskipun di lingkungan yang
bising (seperti di bandara). Verbmobil juga dilengkapi dengan system
pengambilan kesimpulan dari dialog yang dilakukan. AT&T juga berhasil
mengembangkan S2SMT untuk Call Center yang mampu menangani penerjemahan
bahasa Inggris-Spanyol dan Inggris-Jepang.
Bagaimana dengan speech technology untuk
bahasa Indonesia? Sangat sedikit ahli yang berminat dalam bidang ini. Hasil
riset pertama di bidang ini adalah IndoTTS, sebuah software yang bisa mengubah
teks ke suara dalam bahasa Indonesia, yang dipublikasikan pada tahun 2000 .
Riset yang lebih serius pada bidang ini dimulai pada tahun 2003 dimana
TELKOMRisTI bekerjasama dengan ITB dan ATR Jepang membangun Dumb and Deaf
Telecommunication Systems (DDTS). Sistem DDTS diaplikasikan pada layanan Emergency
Call. DDTS memungkinkan seorang yang bisu dan tuli bisa berkomunikasi
melalui komputer (mengetikkan dan membaca teks), sedangkan operator Emergency
Call berkomunikasi melalui handset telepon (berbicara dan mendengar). Pada
tahun 2005 TELKOMRisTI bekerjasama dengan STT Telkom dan ATR Jepang membangun
basis data suara dan basis data teks bahasa Indonesia yang nantinya akan
digunakan untuk membangun Large Vocabulary Continuous Speech Recognition (LVCSR)
yang sanggup mengenali lebih dari 30.000 kata. Kedua basis data tersebut adalah
yang pertama di Indonesia.
Bagaimana speech technology bisa mengurangi
biaya telekomunikasi di masa depan? Pada gambaran S2SMT di atas, data
yang dilewatkan antar server adalah text yang ukurannya bisa 200 kali
lebih kecil dibandingkan voice. Saat ini, hampir semua percakapan
telepon menggunakan data berbentuk voice yang berukuran 8 kilo bits per
second (Kbps). Jika ucapan kata ”lima” yang diucapkan selama satu detik bisa
diubah menjadi teks (dimana satu huruf adalah 8 bit), maka ukuran teks hanya 32
bit per detik. Tetapi, masih banyak masalah yang harus diselesaikan. Pertama,
hingga saat ini speech technology hanya bisa dijalankan di sisi server.
Belum ada perangkat telekomunikasi di sisi client (handphone maupun
fixed phone) yang menyediakan processor berkecepatan tinggi dan memori
besar untuk menjalankan S2SMT. Kedua, speech technology masih
membutuhkan riset lebih lanjut untuk menjamin performansinya (akurasi dan
kecepatan) layak dipakai secara komersial. Ketiga, komunikasi mungkin akan
kurang natural karena suara pembicara harus disintesis menggunakan mesin.
BAB II
PENJELASAN
2.1 Perkembangan Telekomunikasi di
Indonesia
Sejak Amerika Serikat meluncurkan ‘The
National Infrastructure Information’-nya pada tahun 1991, banyak negara
industri lain di dunia bergegas menyusul dengan meluncurkan kebijakan-kebijakan
infrastruktur komunikasinya. Dalam kurun waktu lima tahun setelah itu,
negara-negara Eropa seperti Perancis, Denmark, Inggris, Jerman, dan lainnya
merancang dan mempublikasikan kebijakan-kebijakan superhighways
informasi mereka. Inggris menamai programnya dengan ‘The In formation
Society Initiative’ dan Jerman ‘The Info 2000’. Di Asia, Jepang
menampilkan kebijakan serupa pada tahun 1994 (Yuliar, dkk, 2001: 162-163).
Tak lama kemudian, yakni tahun 1996,
negara-negara di wilayah Asia Tenggara pun tidak mau ketinggalan meluncurkan
kebijakan-kebijakan infrastruktur komunikasi- informasi mereka, seperti
Filipina dengan ‘Tiger’, Malaysia dengan ‘Multimedia Super Coridor’
dan Singapura dengan ‘Singapore-ONE’. Pada awal tahun 1997, Indonesia
meluncurkan kebijakan infrastruktur superhighways informasi yang diberi
nama ‘Nusantara 21’, yang selanjutnya dikuatkan dengan dikeluarkannya
Keppres No. 30 tahun 1997 mengenai Pembentukan Tim Koordinasi Telematika
Indonesia, yang bertugas mengkoordinasikan pengembangan pembangunan dan
pemanfaatan telematika di Indonesia (Yuliar, dkk, 2001: 162-163)
Namun demikian, menurut Yuliar, dkk (2001: 172),
kebijakan infrastruktur dalam proyek ‘Nusantara 21’ masih dipengaruhi
kepentingan pemerintah, seperti dicerminkan dari hubungannya dengan kebijakan
pertahanan dan keamanan, persatuan dan kesatuan Indonesia, ketahanan nasional,
dan Wawasan Nusantara. Begitu pula peran pemerintah masih sangat dominan melebihi
pihak-pihak lain, misalnya swasta dan masyarakat, dengan adanya Tim Koordinasi
Telematika Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden No.30/1997, yang
melibatkan 14 menterinya, yaitu 1 menteri koordinator, 8 menteri departemen,
dan 5 menteri negara, namun tidak melibatkan pihak-pihak di luar pemerintahan.
Dengan demikian ‘Nusantara 21’ mencerminkan warna sentralisasi yang
masih sangat kuat dan nuansa demokratisasi kurang diperhatikan. Akibatnya visi ‘Nusantara
21’ yang awalnya dikenalkan secara top down sebagai simbol yang
mengemas kerangka pembangunan infrastruktur pemerintah Orde Baru tersebut
lengser mengikuti lengsernya pemerintahan Orde Baru. Selain itu krisis ekonomi,
sosial, dan politik pada tahun 1997 serta bangkitnya semangat otonomi daerah
mengikis proyek ‘Nusantara 21’ yang dinilai sangat kental
bernuansa sentralistik.
Secara konseptual, ‘Nusantara 21’ adalah
sebuah visi nasional yang memperjuangakan bsnagsa Indonesia untuk memasuki
kancah persaingan ekonomi global di abad 21. Sebagai kebijakan, infrastruktur
informasi ‘Nusantara 21’ tidak telepas dari visi Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, serta pertahanan
dan keamanan, yang telah muncul sejak adanya konsep satelit telekomunikasi
Palapa 16 Agustus 1976. Bahkan ‘Nusantara 21’ lebih terlihat sebagai
pemutakhiran dari proyek Palapa, dengan tetap menggunakan pendekatan pada
nilai-nilai pemersatuan seluruh Nusantara sebagai negara kepulauan. Dengan
demikian, secara paradigmatis, tidak ada sesuatu yang relatif baru dari proyek ‘Nusantara
21’ bagi pembangunan infrastruktur komunikasi Indonesia dibanding proyek
satelit palapa sebelumnya.
Dari sisi teknologi, sebelum satelit Palapa
mengorbit, Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang bersifat teresterial,
yakni yang jangkauannya masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini
tidak bisa menjangkau pulau-pulau, kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran
Komunikasi Kabel Laut). Tetapi sistem SKKL itupun masih mahal dan sulit untuk
dipergunakan. Setelah satelit Palapa mengorbit, jangkauan telekomunikasi
Indonesia dapat menjangkau seluruh nusantara, kecuali beberapa daerah blank
spot. Satelit Palapa yang diluncurkan waktu itu tidak hanya dapat digunakan
untuk telepon, namun juga dapat dimanfaatkan untuk pengiriman faksimili, telex,
telegram, videotext, dan berbagai informasi dalam bentuk lain, termasuk di
bidang penyiaran (broadcasting), serta sistem cetak jarak jauh bagi
suratkabar. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang
dimuali dari peluncuran Satelit Palapa berdampak positif bagi penanaman
investasi asing. Sebelumnya pada inverstor enggan melirik Indonesia karena
buruknya infrastruktur telekomunikasi yang ada di tanah air.
2.2 Perangkat
Telekomunikasi
a) Telepon
Telepon adalah alat telekomunikasi
yang dapat mengirimkan pembicaraan melalui sinyal listrik. Umumnya penemu
telepon adalah Alexander Graham Bell, dengan telepon pertama
dibuat di Boston,
Massachusetts,
pada tahun 1876.
Tetapi, penemu Italia Antonio Meucci
telah menciptakan telepon pada tahun 1849, dan pada September 2001, Meucci
dengan resmi diterima sebagai pencipta telepon oleh kongres Amerika,
dan bukan Alexander Graham Bell.
Pada dasarnya perkembangan
telekomunikasi di
Indonesia khususnya dalam telepon, telah dikuasai asing sejak zaman kolonial yaitu
saat di mana Telkom baru berdiri. Indosat pun sejak awal lahirnya pada 1967 tidak luput dari peran
pemodal asing. Baru pada 1980 pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh saham
Indosat, sehingga menjadi BUMN.
Namun, ternyata asing kembali lagi bermain pada
1993. Saat itu, kebijakan pemerintah RI menempatkan Telkom dan Indosat sebagai
dua penyelenggara telekomunikasi lokal yang melakukan praktik monopoli. Karena
keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah maupun operator telekomunikasi, maka
pembangunan infrastruktur telekomunikasi khususnya jaringan telekomunikasi
tetap (fixed wireless) lokal saat itu dilakukan melalui pengikutsertaan
modal asing.
UU No. 3/1989 tentang Telekomunikasi dan PP No.
8/1993 serta Kepemenparpostel No. 39/1993 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan
Jasa Telekomunikasi Dasar memungkinkan kerja sama antara Telkom atau Indosat
dengan perusahaan lain dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi dasar.
Ketiga regulasi itu menetapkan bahwa kewajiban
kerja sama antara badan penyelenggara dan badan lain dalam penyelenggaraan
telekomunikasi dasar dapat berbentuk usaha patungan (join venture), kerja sama
operasi (KSO) atau kontrak manajemen (KM).
Memang benar seperti dinyatakan dalam PP No.
20/1994 tentang pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka
PMA: penanaman modal bidang usaha telekomunikasi dapat dilakukan oleh penanam
modal asing patungan asal kepemilikan peserta Indonesia minimal 5% dari seluruh
modal yang disetor. Akan tetapi, dalam schedule of commitment traktat
multilateral WTO, Indonesia menyatakan bahwa kepemilikan asing atas saham
penyelenggara jasa telekomunikasi dasar dapat sampai 35%.
Pada jasa telekomunikasi bergerak, sesuai dengan
UU No. 3/1989, dewasa ini penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak adalah
perusahaan lain baik asing atau lokal yang bekerja sama secara patungan dengan
Telkom atau Indosat atau kedua-duanya.
Dari hal tersebut, lahirlah operator-operator
seluler baru seperti Satelindo (patungan antara Indosat, Telkom, dengan
operator GSM di Jerman DeTeMobil) dan Telkomsel (patungan antara Telkom,
Indosat, PTT Telecom Netherlands dan Setdco Megacell Asia)
Hal yang berbeda dilakukan XL, karena operator
tersebut lahir tanpa ada dua perusahaan incumbent baik Telkom dan Indosat di
dalamnya, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 3/1989.
Mulai dekade 2000-an, banyak bermunculan
operator baru baik seluler atau pun telepon nirkabel tetap seperti Mobile-8
Telecom, PT bakrie Telecom, PT Natrindo Telepon Seluler, PT Hutchison CP
Telecommunication, PT Smart Telecommunication, dan PT Sampoerna Telekomunikasi
Indonesia.
Kebanyakan operator baru tersebut lebih
mengandalkan tarif untuk menggenjot pemasaran dibandingkan dengan memperluas
dan meningkatkan kualitas jaringan. Sebagian besar malah tidak memiliki base
transceiver station melainkan menumpang di menara telekomunikasi milik
operator lain yang sudah lama berdiri.
Pada 2004, telah mulai muncul operator 3G, meski
pemberian lisensinya sedikit kontroversial. Pemerintah telah memberikan izin
secara gratis dengan harapan memperoleh pendapatan secara bertahap seiring
berkembangnya operator 3G. Izin layanan 3G pertama diberikan kepada PT Cyber
Access Communication (CAC) pada 2003 setelah menyisihkan sebelas peserta
lainnya dalam sebuah beauty contest.
CAC yang pada Februari lalu 60% sahamnya diambil alih oleh
Hutchinson mendapatkan alokasi pita lebar 15 Mhz. Alokasi frekuensi yang diterima
CAC merupakan yang terbesar dibandingkan dengan operator lain.
Lisensi untuk 3G melalui beauty contest ini
bisa jadi merupakan yang pertama sekaligus yang terakhir dalam sejarah industri
telekomunikasi di Tanah Air. Hal ini karena pemerintah segera membuat kejutan
pada kuartal pertama 2004 dengan memberikan lisensi kepada Lippo Telecom dengan
pita lebar 10 Mhz.
Sementara pada periode 1999-2003 izin untuk
menyelenggarakan layanan telekomunikasi pada spektrum frekuensi layanan
generasi ketiga (1.900 Mhz-2.100 Mhz) juga meluncur. Lisensi tersebut
diantaranya untuk PT Wireless Indonesia, Indosat Starone, Telkom Flexi, dan
Primasel masing-masing dengan pita lebar 5 Mhz.
Izin untuk layanan seluler CDMA-EVDO maupun
CDMA-1X inilah yang belakangan menimbulkan tumpang tindih dengan pita frekuensi
yang hendak digunakan untuk layanan generasi ketiga Wideband CDMA. Hal ini
karena baik 3G dengan teknologi Wideband CDMA dan CDMA menggunakan frekuensi
yang saling berkomplementer.
Layanan generasi ketiga Wideband CDMA dalam
spektrum frekuensi di Indonesia bekerja pada pita 1.920 Mhz hingga 1.980 Mhz.
Sementara CDMA1X bisa beroperasi pada pita 1.930 Mhz hingga 1.990 Mhz. Standar
ITU mensyaratkan 3G hanya bisa bekerja pada spektrum yang terbatas yakni 60
Mhz.
b) Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk
pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga
merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak
memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Radio
telah menjalani proses perkembangan yang cukup lama sebelum menjadi media
komunikasi seperti sekarang ini. Dr. Lee De Forest (1873-1961) dari AMerika
Serikat dapat
dianggap sebagai pelopor di dalam penemuan radio. Radio berhasil ditemukan pada
tahun 1916. Oleh karena itu, ia dijuluki sebagai “The Father of Radio”.
Walaupun Demikian Gugliermo Marconi yang terkenal dengan penemuan telegraf
tanpa kawat, telah merintis penemuan teknologi radio sejak tahun 1894.
Ketika
itu, ia membaca eksperimen Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894) seorang ahli
Fisika berkebangsaan Jerman yang menemukan gelombang elektromagnetis dalam
suatu majalah Italia.Pada tahun 1895, Marconi mengadakan eksperimen dengan
menggunakan dasar pengetahuan dari penemuan Hertz. Dalam eksperimennya, ia
berhasil menerima sinyal tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya.
Eksperimen lain yang dilakukan tahun 1896 yakni mengirimkan sinyal –sinyal
tersebut dan dapat diterima dalam jarak delapan mil. Penemuan inilah yang
kemudian dikembangkan oleh Dr. Lee De Forest. Forest juga memperkenalkan lampu
vakum (vaccum tube) untuk dapat menyiarkan suara yang masuk.
Lampu masuk itu dipergunakan pada tahun 1906.
Di
bidang teknologi, usaha untuk menyempurnakan radio siaran telah dirintis oleh
Prof. E.H. Amstrong dari Universitas Columbia pada tahun 1933. Ia
memperkenalkan sistem Frequency Modulation (FM) sebagai penyempurnaan Amplitude Modulation (AM) yang biasa digunakan dalam radio. Dengan sistem
yang baru itu, para pendengar memperoleh beberapa manfaat sebagai berikut :
· Dapat
menghilangkan interferensi (gangguan, pencampuran) yang disebabkan oleh cuaca,
bintik-bintik marahari, atau alat listrik
· Dapat
menghilangkan interferensi yang disebabkan oleh dua stasiun yang bekerja pada
gelombang yang sama.
· Menghasilkan
suara yang lebih baik.
Sementara
itu, perkembangan radio di Indonesia juga mengalami proses yang sangat panjang,
yaitu dari zaman
kekuasaan Hindia Belanda, zaman pendudukan Jepang, dan berikutnya zaman
Indonesia Merdeka. Pada zaman kekuasaan Hindia Belanda, radio mulai berkembang
di Indonesia. Radio yang pertama muncul di Indonesia yaitu Bataviasche Radio Vereeniging (BRV) di Jakarta (batavia). BRV secara resmi berdiri
pada tanggal 16 Juni 1925. Sejak BRV berdiri, muncul radio siaran lainnya
seperti Nederlandsch Indishce Radio
Omroep Mij (NIROM) di Jakarta,
Bandung, dan Medan. Di Surakarta berdiri Solossche Radio Vereeniging (SRV) dan di Yogyakarta berdiri radio Mataramse Vereeniging voor Omroep (MAVRO). SRV dapat dipandang sebagai pelopor munculnya
radio siaran yang diusahakan oleh bangsa Indonesia. SRV didirikan oleh
Mangkunegara VII dan Sarsito Mangunkusumo pada tanggal 1 April 1933. Kemudian
pada tanggal 29 Maret 1937, atas usaha M. Sutarjo Kartohadikusumo dan Sarsito
Mangunkusumo berdirilah Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) di
Bandung. Tujuan PPRK adalah berupaya memajukan kesenian dan kebudayaan nasional
guna kemajuan rohani dan jasmani masyarakat Indonesia.
Sedangkan
pada zaman pendudukan Jepang, perkembangan radio mengalami kemunduran.
Pemerintah pendudukan Jepang mengatur penyelenggaraan radio siaran secara
ketat. Penyelenggaraan radio siaran diatur oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, dan merupakan radio siaran yang berkedudukan di
Jakarta. Cabang-cabangnya dinamakan Hoso Kyoku, terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta,
Semarang, Surabaya, dan Malang.
Pada waktu itu semua siaran
radio diarahkan untuk kepentingan militer Jepang. Akan tetapi, selama
pendudukan Jepang kebudayaan dan kesenian mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Rakyat mendapat kesempatan yang sangat banyak untuk mengembangkan kebudayaan
dan kesenian. Kesempatan ini menyebabkan pula munculnya seniman-seniman
pencipta lagu-lagu Indonesia baru.
Pada
masa, Indonesia merdeka, perkembangan radio mengalami perkembangan kemajuan
yang sangat pesat. Orang-orang yang berkecimpung di bidang radio menganggap
penting untuk mengorganisasikan radio siaran. Pada tanggal 10 September 1945
para pemimpin radio dari seluruh Jawa berkumpul di Jakarta untuk membicarakan
masalah tersebut. Pada tanggal 11 September 1945, para pemimpin radio sepakat
untuk mendirikan radio siaran yang bernama Radio Republik Indonesia
(RRI). Ketika didirikan, RRI memiliki 8 stasiun radio siaran yang
terdapat di delapan kota di Jawa (bekas Hoso Kyoku).
c) Jaringan komputer
(Lokal Area Network “LAN” dan Internet)
Jaringan komputer adalah sebuah sistem komunikasi
data yang terdiri atas komputer
dan perangkat jaringan lainnya. Pengertian data disini
adalah informasi digit biner. Tujuan dari jaringan komputer adalah:
- Membagi sumber daya: contohnya berbagi pemakaian
printer, CPU,
harddisk
- Komunikasi: contohnya surat elektronik, instant messaging,
chatting
- Akses informasi: contohnya web browsing
Komputer saat ini merupakan komponen yang sangat penting dalam menyelesaikan
proses sistem administrasi perkantoran. Di Indonesia perkembangan penggunaan
komputer sudah sangat men-generalisir. Hal ini bisa kita lihat bagaimana
percepatan arus informasi baik dari dalam maupun dari luar kantor. Data yang
kita buat atau diperoleh dari luar mungkin diperlukan tidak hanya untuk
sendiri, tetapi seringkali dibutuhkan/diperlukan untuk proses yang selanjutnya
oleh pengguna komputer lainnya, sehingga dapat menghasilkan informasi baru, dan
data informasi ini selanjutnya diproses oleh user berikutnya dan begitu
selanjutnya hingga proses data final yang selanjutnya data tersebut
didistribusikan. Pengolahan data secara terpisah-pisah pada banyak Personal
Computer (PC) dirasa memperlambat efektivitas kerja, disamping pemborosan dari
segi software dan hardware. Untuk itu dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
produktivitas maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat mendistribusikan data
dengan cepat dan mengolah data tersebut pasa masing-masing pengguna komputer,
dan sistem itu disebut dengan jaringan komputer. Jaringan komputer merupakan
gabungan antara teknologi komputer dengan teknologi komunikasi. Gabungan
teknologi ini melahirkan pengolahan data yang dapat didistribusikan mencakup
pemakaian database, software aplikasi, dan peralatan hardware secara bersamaan,
untuk membantu proses otomatisasi perkantoran dan peningkatan kearah efisien
kerja. Jaringan komputer terbagi menjadi dua bagian, yakni jaringan komputer
yang bersifat lokal (Local Area Networ “LAN”) dan jaringan komputer global
(Interconnections Network “Internet”)
Jaringan komputer LAN merupakan jaringan komputer lokal yang menghubungkan
antara user (perangkat komputer) yang satu dengan yang lain di dalam suatu
tempat atau wilayah yang terbatas/tertentu. Jaringan LAN inilah yang dapat
menyatukan jaringan informasi data dari dalam kantor, antar gedung, kota, dan
bahkan menyatukan seluruh wilayah dam satu negara dalam hal penginformasian
data. Sistem jaringan LAN adalah solusi yang tepat untuk system information
management (SIM) disebuah perkantoran/perusahaan modern, singkat kata dengan
LAN dapat menghubungkan sejumlah komputer (PC), sehingga dapat mengakses ke
komputer dan periferal/perangkat keras lainnya seperti printer dan harddisk,
bahkan sekarang ini dapat diintegrasikan dengan perangkat mesin atau peralatan
telekomunikasi lainnya.
Jaringan komputer global atau Internet merupakan jaringan komputer yang
menghubungkan jaringan komputer LAN dari suatu tempat atau wilayah tertentu
dengan wilayah atau tempat lainnya, bahkan seluruh dunia dapat disatukan
melalui internet ini, sehingga ada opini mengatakan bahwa “dunia itu akan
semakin dekat dan sempit dengan adanya jaringan komputer global atau internet
ini” . Jaringan komputer ini adalah gabungan antara sistem informasi data digit
biner dengan sistem telekomunikasi telepon dan sistem gelombang radio
(wireless). Sekarang ini tidak hanya komputer saja yang bisa mnggunakan
jaringan internet, akan tetapi media kovergensi seperti smartphone juga dapat
mengakses sistem informasi data itu. Teknologi telekomunikasi dalam internet, yang menghadirkan beragam pilihan
bentuk teknologi dan kecanggihannya. Saat ini terjadi persaingan yang ketat
antara 2 teknologi komunikasi yaitu selular dan FWA (fixed Wireless Access).
Adapun perkembangan teknologi komunikasi terutama teknologi selular sudah
di mulai sejak pertengahan tahun 90 an dengan mengusung teknologi 1G (Generasi
Pertama) dengan menggunakan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone
System). Dimana teknologi AMPS ini pertama kali dipergunakan oleh
pihak militer di Amerika Serikat.
Dalam kurun waktu 10 tahun sejak
lahirnya AMPS sudah
terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi
teknologi komunikasi dan , akhir tahun 90 an muncullah teknologi 2G (Generasi
Kedua). perbedaan utama dari teknologi G1 dan G2 adalah g1 masih menggunakan
sistem Analog sedangkan G2 sudah menggunakan sistem Digital. Teknologi
2G dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu TDMA (time division multiple
access) dan CDMA (code division multiple access). TDMA sendiri berkembang ke
dalam beberapa versi, yaitu GSM di Eropa, IDEN di Amerika, PDC di Jepang.
Sedangkan CDMA berkembang pesat di AS dan Kanada. Kemampuan mencolok teknologi
2G adalah tidak hanya dapat digunakan untuk telpon,(voice) tetapi
juga untuk mengirim SMS (Short Message Service) yaitu mengirim
pesan singkat dengan menggunakan text.Dengan adanya kehadiran teknologi
generasi kedua, maka muncullah telnologi selular yg baru yaitu, GSM (Global
System for Mobile communications) Suatu sistim komunikasi wireless 2G.
Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan
1900Mhz. Generasi selular kedua yang mempebaharui generasi pertama dalam
bidang teknologinya yaitu digital, yang pada teori dasarnya merupakan pembaharukan
dalam bidang transfer data, contohnya adalah GSM (menggunakan protokol CSD,
HSCSD, GPRS dan EDGE) dan cdmaOne.Dengan adanya teknologi Generasi Kedua ini
membuat perkembangan teknologi semakin cepat dengan menghadirkan berbagi
kelebihan/fitur yang ditawarkan teknologi generasi kedua ini selain
mengirim SMS dan voice. Tapi semua kelebihan ini juga masih belum memuaskan
para ahli untuk mengembangkan teknologi yang lebih bagus dengan segala
kelebihannya dri teknologi terdahulu (generasi pertama dan kedua).
Maka awal tahun 2000 an muncullah
teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang
lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet
Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) Suatu
protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistim wireless GSM. Dalam
teorinya kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 Kbps. Teknologi 2G ada
perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G.
Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi sebagai strategi pemasaran oleh
beberapa pabrik ponsel. Ciri khas teknologi 2.5G (generasi dua setengah) adalah
teknologi GPRS (global package radio service) yang dapat digunakan untuk
berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang hanya dapat mengirim
dan menerima alfa numerik saja. Generasi 2.5G ini ada juga yang
menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G.
Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini, di sistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced
Data rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut dengan CDMA 2000
1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik. Evolusi
dan perkembangan teknologi komunikasi ini tidak berhenti sampai disini,
Negara-negara besar di Dunia baik itu Eropa, Asia & Amerika secara
berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan penelitian untuk menghadirkan
teknologi yang mutakhir. Setelah adanya teknologi Generasi Pertama, Kedua dan
teknologi 2.5 G, maka disusul kemudian dengan Generasi Ketiga (3G) yang
menawarkan kelebihan yg lebih baik lagi baik dari segi kemampuan fitur dan
Transfer Data dengan memiliki kecepatan Transfer data lebih cepat dari
sebelumnya dalam menghadirkan layanan yang sangat dibutuhkan oleh pelanggan
BAB III
PENUTUP
Sejarah perkembangan telekomunikasi memberikan
banyak pelajaran bagi kita. Pertama, telekomunikasi selalu berawal di Eropa dan
Amerika. Pada masa permulaan, berbagai ide kreatif tentang telekomunikasi bisa
muncul akibat adanya perang berkepanjangan.
Pembangunan jaringan telekomunikasi secara
besar-besaran menggunakan media api, asap maupun semaphore digunakan
untuk keperluan militer. Disamping itu masyarakat Eropa dan Amerika juga
memiliki daya kreativitas sangat tinggi, kerja keras yang luar biasa, dan
penghargaan negara terhadap suatu penemuan sungguh luar biasa. Dalam berbagai
buku autobiography, Alexander Graham Bell dan Thomas Alva Edison harus
bekerja larut malam untk melakukan ratusan bahkan ribuan percobaan sebelum
menghasilkan penemuan-penemuannya. Hingga hari ini, sebagian besar produk
teknologi telekomunikasi dihasilkan oleh Amerika dan Eropa: Finlandia (Nokia),
Swedia (Ericcson), Norwegia (Arsitektur dan software untuk wireless
communication), Jerman (Siemens). Negara-negara tersebut memang memiliki
sistem pendidikan yang sangat kondusif bagi tumbuhnya kreativitas dan sikap
bekerja keras.
Pelajaran penting lainnya adalah keterlibatan
orang-orang muda berusia 20-an sebagai pelopor perkembangan telekomunikasi.
Alexander Graham Bell dan Thomas Watson, sebagai penemu telepon, keduanya
berusia 29 dan 22 tahun. Thomas Alva Edison, sejak berusia 20-an, sudah
menghasilkan beragam penemuan tentang telegraph dan menghasilkan perbaikan
konsep telepon hasil penemuan Graham Bell . Sistem perekam suara (voice
recorder) dan bola lampu adalah dua penemuan sangat penting yang dihasilkan
oleh Thomas Alva Edison. Dalam usia 33 tahun, Thomas Alva Edison sudah menjadi
orang terkaya di Amerika pada saat itu. Selama hidupnya, tercatat 1093 paten
atas namanya . Kasus terbaru yang kita lihat saat ini adalah dua search
engine, Yahoo dan Google, yang dibangun oleh beberapa orang mahasiswa yang
juga masih sangat muda.
Pada era internet ini, warga negara manapun
memiliki peluang yang sama untuk menghasilkan kreativitas yang luar biasa.
Setiap bagsa memiliki akses yang sama ke internet. Masalahnya terletak pada
kemauan untuk bekerja keras. Thomas Alva Edison mengatakan: ”Jenius adalah satu
persen inspirasi dan sembilan puluh sembilan persen kerja
keras”.
Di masa depan, speech technology akan
menjadi bidang kajian sangat penting bagi dunia telekomunikasi.
Universitas-universitas riset bertaraf internasional di banyak Negara berusaha
melakukan riset bidang speech technology untuk bahasanya masing-masing.
Sebagai institusi pendidikan yang bercita-cita
menjadi research university berkelas internasional pada tahun 2017, STT
Telkom sudah mulai menyiapkan segala keperluan ke arah tersebut. Beberapa hasil
riset sudah dipublikasikan di tingkat internasional, kerjasama dengan institusi
internasional juga sudah dilakukan, peningkatan kualitas dosen juga terus
menerus dilakukan. Sepuluh tahun yang akan datang, mungkin saja speech
technology berbahasa Indonesia atau bahkan berbahasa Sunda akan berhasil
diwujudkan oleh mahasiswa atau profesor dari STT Telkom yang berlokasi di
Dayeuh Kolot. Jika speech technology tersebut digabungkan dengan S2SMT,
maka seorang pengusaha berbahasa Sunda bisa berkomunikasi dengan pembeli yang
berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Sebagaimana yang dilakukan para
pelopor telekomunikasi, kunci dari semua penemuan teknologi adalah kerja keras.
Semoga STT Telkom berhasil mewujudkannya.
Daftar Pustaka
·
AT&T Knowledge
Ventures, 2007, “Inventing the Telephone”,
http://www.corp.att.com/history/inventing.html.
·
Wikipedia the free
encyclopedia, 2007, “History of telecommunication”,
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_telecommunication.
·
J. B. Calvert, 2000,
“The Electromagnetic Telegraph”,
http://www.du.edu/~jcalvert/tel/morse/morse.html.
·
Mary Joseph’ 2004,
“Scientist of the World: Alexander Graham Bell”, Early Learner Publication Sdn,
Bhd.
·
Mary Joseph’ 2004,
“Scientist of the World: Thomas Alva Edison”, Early Learner Publication Sdn,
Bhd.
·
Ray Kurzweil, 1999, “The
age of Spiritual Machines: When Computers Exceed Human Intelligence”. Viking
Penguin, a division of Penguin Putnam Inc., United Kingdom.
·
Arry Akhmad Arman. 2005.
“The Indonesian Text to Speech”, http://lss.ee.itb.ac.id/~aa/indotts/
·
Sakriani Sakti, Arry
Akhmad Arman, Satoshi Nakamura, Paulus Hutagaol. 2004. “The Indonesian speech
recognition for hearing and speaking impaired people”. INTERSPEECH-2004, pp.
1037-1040.
·
Eka Kelana. 2004.
“Development of a Telecommunication System for Dumb and Deaf People”, AIC 2004,
Kuala Lumpur, Malaysia.
·
Sopandi,
Dede. Jaringan Komputer. 2005. Bandung: Informatika.
·
Foto:https://www.ubu.org.uk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar